Legenda Pertarungan si “Banteng” dan si “Beruang” yang berulang


Berasal dari etimologi Negara Jerman (Wikipedia) Bull adalah suatu keadaan yang dapat diartikan sebagai kesempurnaan (excellent) sedangkan Bear adalah keadaan yang menggambarkan kebalikan dari kondisi baik. Berangkat dari etimologi itulah pertarungan antar kenaikan dan penurunan harga di pasar modal dikatakan sebagai pertarungan si banteng ‘bullish’ dan si beruang ‘bearish’.

Dalam sebuah analisa teknikal dikenal 2 buah pergerakan harga yang disebut trading dan trending. Apakah sebenarnya perbedaan dari ke dua istilah tersebut? Pergerakan harga trending adalah suatu kondisi harga yang bergerak cenderung kearah si banteng atau si beruang dan pergerakan yang disebut trading adalah sebuah pergerakan harga dimana pergerakannya pada sebuah kisaran yang sempit dan berlangsung dalam suatu kondisi waktu yang cukup lama.

Dalam sebuah trend yang sedang berlangsung, terbagi menjadi beberapa fase dimana terdapat 4 fase dasar sehingga terjadi sebuah pergerakan harga. Fase pertama dapat disebut sebuah fase awal pendakian atau fase balik arah. Dalam fase ini kadang terjadi dalam waktu yang cukup lama dan biasanya diiringi dengan berita-berita yang tidak mensupport keadaan pasar. Pada fase kedua adalah sebuah kenaikan dimana harga mengalami kenaikan secara menggembirakan. Fase ketiga disebut juga dengan fase tertinggi atau fase jenuh dimana kenaikan harga mulai terhenti dan pada bagian ini diiringi dengan berita-berita baik mengenai kondisi pasar pada saat itu. Fase ke empat adalah fase harga meluncur jatuh atau terkoreksi dimana terjadi pembalikan arah dari trend yang semula dalam keadaan bullish menjadi bearish.

Fase-fase dalam trend itu terjadi secara berulang-ulang dengan rentang waktu yang berbeda-beda tergantung dalam sudut pandang siapa. Dalam suatu fase kenaikan harga sekalipun diiringi oleh fase pertama hingga fase ke empat dalam skala kecil.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mengalami pertarungan seru akhir bulan April 2015. Dimana si beruang kembali mengamuk membuat IHSG tertekan hingga menyentuh harga IHSG di tahun 2014 dengan bulan yang sama yaitu bulan April. Hingga saat ini dalam sudut pandang teknikal dapat dikatakan bahwa IHSG dalam trend bearish yang artinya penurunan masih membayangi kondisi IHSG.

Apabila kita coba mengamati, pada fase manakah dari IHSG saat ini berada? Menurut saya apabila kita mengambil time frame ataupun rentang waktu 1 tahun, maka kita akan mendapati bahwa fase yang terjadi pada IHSG adalah fase ke empat yang menuju ke fase pertama. Sehingga tentu saja si beruang mengamuk ini masih terus membayangi portfolio kita.

Sehingga muncul sebuah pertanyaan, “Kapankah si beruang ini kembali digantikan oleh si banteng?” Kondisi bearish akan digantikan oleh kondisi bullish namun pergantian kondisi bearish menjadi bullish akan terjadi apabila kondisi pasar merespon hal yang serupa, dimana pemikiran investor dan pelaku pasar modal telah mendapatkan analisa bahwa harga-harga saham sudah dinilai cukup murah untuk dapat kembali dibeli. Sehingga waktu yang tepat untuk bisa masuk dalam pasar yang telah mengalami perubahan dari bearish menjadi bullish sebenarnya tidak ada yang dapat menentukan dengan tepat.

Di tengah ketidakpastian yang telah kita ketahui, posisi dan kedisiplinan kita sebagai seorang investor yang perlu kita asah dan kita lakukan. Saya mengutip kata-kata dari investor nomer wahid dunia Warren Buffett, “Be fearful when others are greedy, and greedy when others are fearful”. Mindset kita sebagai seorang investor dapat kita ikuti dari pendapat Warren Buffet.

Pada saat ini kondisi IHSG sudah kembali pada indeks harga tahun lalu, di mana artinya harga saham sudah terkoreksi cukup dalam. Kondisi ini menguntungkan kita sebagai seorang investor untuk dapat membeli saham-saham perusahaan besar dengan harga murah. Pada pasar saham dapat kita temui saham-saham yang memiliki penurunan lebih dalam dari penurunan IHSG namun saham-saham tersebut adalah perusahaan baik dan sehat secara laporan keuangan. Saham dari perusahaan seperti inilah yang dapat kita jadikan sasaran dalam memilih saham untuk kita kantongi dalam portfolio kita saat ini.

Selain itu ada juga saham yang disebut saham defensive yang artinya saham-saham inilah yang menjadi penopang bursa pada saat bursa sedang mengalami kejatuhan seperti saat ini. Di mana ketika IHSG mengalami kenaikan, kenaikan saham ini juga melampaui kenaikannya dari kenaikan IHSG sendiri.

Bagaimana bila kondisi IHSG terus memburuk dan si “banteng” tidak kunjung datang? Meskipun tidak ada suatu hal yang pasti namun pernyataan dan pertanyan seperti itu kerap muncul dalam segala kondisi pasar bahkan dalam keadaan pasar yang sedang bullish sekalipun. Namun dengan apa yang telah kita lakukan dimana melakukan proses investasi disiplin dan pemilihan saham secara cermat membuat kita cukup nyaman dan aman dalam melakukan investasi.

Coba kita iseng melakukan search di search engine pada tahun 2008 teutama di bulan Agustus – November di tahun 2008, apakah ada berita positif yang berhubungan bursa? Namun coba kita search pada bulan Maret – April 2013 berita buruk apakah yang kita dapatkan dari hasil pencarian tersebut? Pada saat bursa mengalami penurunan, berita semua bernuansa negative dan ketika bursa mengalami kenaikan semua berita bernuansa positif.

Jadi apa yang dapat kita simpulkan dan apa keputusan kita pada saat ini?

Oleh Ryan Filbert Wijaya,S.Sn,ME.
Investment advisor, praktisi pasar modal, penulis buku “Investasi Saham ala Swing Trader Dunia” dan “Menjadi Kaya dan Terencana dengan Reksa Dana.


Leave a Reply